Kamis, 09 November 2017

Perilaku yang harus diterapkan dalam bisnis


Jika kita berbicara perilaku etika bisnis harus dimulai dengan tentang etika. Didalam etika tidak pernah lepas dengan masalah moral karena keduanya berkaitan sangat erat, bahkan kerap kali tidak dibedakan antara keduanya. Demikian pula konsep – konsep moralitas, norma hidup, nilai budaya suatu masyarakat, sistem nilai, paradigma, dan world view merupakan konsep – konsep dasar dan konsep kunci yang harus dikaji lebih dahulu.

1.      Etika
Etika didefinisikan sebagai prinsip – prinsip tentang tingkah laku yang benar atau yang baik. Etika juga berarti sistem prinsip atau nilai – nilai moral, sedangkan ethics ialah ketentuan – ketentuan atau ukuran yang mengatur tingkah laku para anggota suatu profesi.
Menurut Franz Magnis Suseno, etika berkaitan dengan sifat – sifat ideal atau cita – cita yang ingin dicapai dan diwujudkan dalam disiplin pribadi. Etika juga berarti filsafat mengenai bidang moral. Jadi etika merupakan ilmu atau refleksi sistematis mengenai pendapat – pendapat, norma – norma, dan adat istiadat moral. Etika dalam arti yang luas, yaitu : keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya, jadi dimana mereka menemukan jawaban atas pertanyaan bagaimana saya harus membawakan diri, sikap – sikap, dan tindakan – tindakan mana yang harus saya kembangkan agar hidup saya sebagai manusia berhasil (Suseno, 1984: 6). Persoalan etika adalah persoalan yang berhubungan dengan eksitensi manusia dalam segala hal, baik individu maupun masyarakat, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan diri sendiri, maupun dengan eksitensi manusia dibidang sosial, ekonomi, politik, budaya, maupun agama. Selanjutnya dikemukakan bahwa dilihat dari etika, hakikat baik dan jahat itu bersifat universal dan absolut. Namun dari segi aplikasi nilai – nilai etika dalam realita kehidupan, bisa terjadi perbedaan. Misalnya menghormati tamu adalah baik, tetapi cara penghormatannya berbeda – beda. Persoalan etika pada dasarnya lebih pada tataran aplikasi karena realita kehidupan konkrit berbagai persoalan dilematik muncul, dan nilai – nilai etika universal yang absolut itu menghadapi tantangan yang kompleks.
2.      Moral
Dalam penggunaannya sebagai kata sifat, moral dimaknakan sebagai :
1)      Sesuatu yang menyangkut penilaian atau pengajaran tentang kebaikan atau keburukan watak atau kelakuan.
2)      Sesuatu yang bertujuan dengan ukuran – ukuran mapan tentang kelakuan yang baik.
3)      Sesuatu yang timbul dari hati nurani.
4)      Hal yang mempunyai dampak kewajiban bukan keragaan.
5)      Hal yang didasarkan kelayakan daripada bukti
6)      Prinsip yang diajarkan (atau disimpulkan) lewat sebuah cerita atau kejadian.
Konsep moral dapat diartikan memahami perbedaan antara yang baik dan buruk, seperti dalam ungkapan “manusia adalah mahluk yang bermoral”. Sebagai kata benda, moral berarti norma – norma tingkah laku yang baik atau buruk yang diterima secara umum, misalnya dalam kalimat, “Moral mereka sudah bejat karena mereka hanya berjudi dan mabuk – mabukan. “kata moral bisa juga diartikan semangat atau disiplin.
Pengertian etika dan moral bisa digunakan secara bergantian dalam pengertian yang sama. Keduanya berasal dari kata – kata yang berbeda. Etika berasal dari kata Yunani “ethos”. Ethos adalah sumber kepercayaan, yakni seorang pembicara harus dapat dipercaya oleh audiencenya jika seseorang yang tidak mendapatkan kepercayaan dari audience saat berbicara maka selain tidak memiliki aspek logos, orang tersebut juga bukan seseorang yang mampu mengambil kepercayaan pendengar. Hal ini dapat dilihat berdasarkan kompetensinya yang memadai pada bisang yang ditekuninya, bagaimana latar belakang  kualitas dan kuantitas yang dimiliki oleh sang pembicara. Sedangkan moral berasal dari kata Latin “moralis”. Ethos dan moralis dapat diartikan sebagai kebiasaan atau adat istiadat.
Perilaku Etika Dalam Bisnis
 Etika bisnis merupakan suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus diikuti apabila menjalankan bisnis. Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis). Kebenaran disini yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dan Manajerial
            Etika manajeril (managerial ethics) merupakan standar perilakuyang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Meskipun etika yang dianut dapat memengaruhi pekerjaan anda dalam sejumlah hal, akan lebih jelas jika menggolongkannya ke dalam tiga kategori yang luas.
Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika
Memaksimalkan keuntungan merupakan satu-satunya tujuan bagi sebuah perusahaan. Akan tetapi. karena yang diincar adalah keuntungan, mudah sekali terjadi penyimpangan terhadap norma-norma moral. Mudah sekali orang tergoda untuk menempuh jalan pintas dalam meningkatkan keuntungan. Namun semakin disadari bahwa godaan itu membawa risiko besar yang akan menjadi bom waktu yang akan menghancurkan perusahaan pada jangka panjang. Dalam hal ini peran manajer sangat penting dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis secara etis. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam bisnis yaitu :
1.      Lingkungan Bisnis
Seringkali para eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu dilema yang menekannya, seperti misalnya harus mengejar kuota penjualan, menekan biaya, peningkatan efisiensi dan bersaing, Dipihak lain eksekutif perusahaan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat agar kualitas barang terjaga, harga barang terjangkau. Disini nampak terdapat dua hal yang bertentangan harus dijalankan. Misalnya, menekan biaya dan efisiensi tetapi harus tetap meningkatkan kualitas produk. Oleh karena itu eksekutif perusahaan harus pandai mengambil keputusan etis yang tidak merugikan perusahaan.
2.      Organisasi
Secara umum, anggota organisasi itu sendiri saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dilain pihak organisasi terhadap individu harus tetap berprilaku etis, misalnya masalah pengupahan, jam kerja maksimum.

3.      Individu
Seseorang yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan berinteraksi dengan sesama akan berprilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima secara umum dapat dipelajari dari interaksi dengan teman, famili, dan kenalan. Dalam bekerja, individu harus memiliki tanggung jawab moral terhadap hasil pekerjaannya yang menjaga kehormatan profesinya. Bahkan beberapa profesi memiliki kode etik tertentu dalam pekerjaannya.
Etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Untuk terciptanya etika didalam bisnis yang sesuai dengan budi pekerti luhur, ada beberapa yang perlu diperhatikan, antara lain :
  • Pengendalian diri
  • Pengembangan tenggung jawab sosial
  • Mempertahankan jati diri
  • Menciptakan persaingan yang sehat
  • Menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang " dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan dengan mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian pelatihan keterampilan, dan lain sebagainya. Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah :
1.      Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langganannya merupakan hubungan paling banyak dilakukan. Oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulannya secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan disini yaitu seperti pemberian servis atau garansi, memberikan penjelasan mengenai produk dll.
2.      Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawan. Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yaitu penarikan, latihan, promosi atau kenaikan pangkat, demosi atau penurunan pangkat maupun pemecatan/PHK. Didalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi telah dijalanan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta yang berasal dari anggota keluarga sendiri.
3.      Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen maupun distributor. Dalam kegiatan sehari – hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan – benturan kepentingan antara keduanya. Dalam hubungan ini tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik.
4.      Hubungan dengan investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah "go public" harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para investor. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi tentang prospek perusahaan tersebut.
5.      Hubungan dengan lembaga – lembaga keuangan
Pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak atau sebagainya. Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.
Etika Bisnis sebagai Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial
            Aspek lain dari perilaku etis yang memerlukan perhatian adalah kenyataan bahwa kondisi sosial juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku. Seseorang mungkin sudah berpikir secara cermat setelah melihat keadaan dan kemudian memutuskan apa yang seharusnya dilakukan, tetapi kondisi perusahaan atau sosial yang melingkupi seseorang dapat menimbulkan hambatan yang serius untuk melaksanakan tindakan tersebut. Sebagai individu, kita harus menyadari bahwa lingkungan sosial kita akan sangat mempengaruhi kisaran pilihan yang tersedia bagi kita dan bisa memengaruhi perilaku kita secara signifikan. Orang yang pada dasarnya baik dapat, dalam keadaan yang tidak tepat, melakukan hal yang buruk dan individu yang memiliki motivasi etis yang lebih rendah bisa, dalam keadaan yang tepat, melakukan yang benar. Karena itu para pemimpin bisnis memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan bisnis, yakni apa yang selanjutnya kita sebut sebagai budaya perusahaan, untuk meningkatkan atau melemahkan perilaku etis. Inilah keterampilan kepemimpinan bisnis yang etis yaitu untuk menciptakan keadaan dimana orang – orang yang baik dapat melakukan hal yang tepat dan orang – orang yang jahat dicegah dari melakukan hal yang buruk.
            Etika mempengaruhi perilaku pribadi di lingkungan kerja. Tanggung jawab sosial adalah sebuah konsep yang berhubungan, namun merujuk pada seluruh cara bisnis berupaya menyeimbangkan kpmitennya terhadap kelompok dan pribadi dalam lingkungan sosialnya. Kelompok dan individu itu sering kali disebut sebagai pihak yang berkepentingan dalam organisasi. Mereka adalah kelompok, orang, dan organisasi yang dipengaruhi langsung oleh praktek – praktek suatu organisasi dan dengan demikian berkepentingan terhadap kinerja organisasi itu. Pihak – pihak utama yang berkepentingan dalam korporasi yaitu karyawan, investor, komunikasi local, pelanggan, pemasok.
            Secara garis besar kita mengenal tanggung jawab pada stockholders dan stakeholders. Stockholders ialah mereka pemilik saham perusahaan, mereka mempunyai hak – hak dan keistimewaan tertentu yang harus dilakukan oleh manajemen. Mereka mendapat sanksi – sanksi dalam bentuk aturan – aturan perusahaan, perlindungan terhadap pihak lain dalam bentuk kebiasaan – kebiasaan masyarakat, praktik – praktik yang telah diterima manajemen, mitos, bahkan ritual tertentu. Sedangkan stakeholders ialah kelompok atau individu yang mendapatkan keuntungan dari perusahaan atau kerugian berupa kerusakan maupun gangguan akibat bekerjanya suatu perusahaan. konsep stakeholders terkait dengan pemikiran para stakeholders karena mereka mempunyai tuntutan khusus pada perusahaan. freeman dan reed (1983) membedakan dua macam stakeholders yaitu :
1.      Stakeholders dalam arti sempit yang meliputi kelompok – kelompok yang penting untuk bisa bertahan dan suksesnya perusahaan.
2.      Stakeholders dalam arti luas yang meliputi kelompok atau individu yang dapat memberikan pengaruh atau dipengaruhi oleh perusahaan.
Dalam kaitannya dengan stakeholders, kemudian dikembangkan menjadi teori – teori stakeholders yang inti normatifnya terkait dengan cara – cara perusahaan mengatur dan menentukan apa yang akan dilakukan terhadap mereka yang menekankan pentingnya perusahaan memperlakukan seluruh stakeholders secara adil dan fair.
Praktik – praktik Perusahaan dan Etika Bisnis
            Karena manajer dan karyawan makin sering melakukan kegiatan yang tidak etis dan bahkan melanggar hukum di berbagai perusahaan, banyak perusahaan yang telah mengambil langkah tambahan untuk mendorong perilaku etis ditempat kerja. Banyak yang menetapkan aturan perilaku dan mengembangkan panduan etis yang jelas tentang bagaimana perusahaan dan karyawan melakukan kegiatan bisnis. Bidang yang makin kontroversial terkait dengan etika bisnis dan praktik perusahaan antara lain privasi surel (e-mail) dan komunikasi lain yang terjadi didalam suatu organisasi. Dua pendekatan paling umum untuk membentuk komitmen manajemen puncak terhadap praktik bisnis yang etis adalah membuat peraturan tertulis dan membelakukan program etika.
Menerapkan Kode Etik Tertulis
Banyak perusahaan, seperti UT membuat kode etik tertulis yang secara formal menyatakan keinginan mereka untuk melakukan bisnis dengan perilaku yang etis. Pada dasarnya peraga ini memperlihatkan bahwa meskipun strategi dan praktik bisnis bisa sering berubah juga, unsur – unsur pentingnya antara lain :
·         Kami mempercayai dan menghargai individu
·         Kami berfokus pada tingkat pencapaian presentasi dan kontribusi yang tinggi
·         Kami menjalankan bisnis dengan intergritas penuh
·         Kami mencapai tujuan perusahaan melalui kerja tim
·         Kami mendorong fleksibilitas dan inovasi
Etika Bisnis sebagai Pengambilan Keputusan yang Etis
            Menurut beberapa peneliti mempelajari teori etika dan mendapatkan pengetahuan mengenai sejarah etika bukan merupakan tujuan utama. Bagi kebanyakan orang mulai dari perusahaan sampai mahasiswa pada perkuliahan bisnis bahkan dosen itu sendiri mengharapkan sebuah kelas etika untuk menanaman perilaku yang etis, bukan hanya informasi dan pengatuhan mengenai etika. Lagipula bukankah perkuliahan etika seharusnya dapat membantu mencegah peristiwa seperti Enron. Etika tidak hanya merujuk kepada sebuah disiplin akademis, namun juga wilayah kehidupan manusia yang dipelajari oleh disiplin akademis ini, yakni bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupan mereka dengan baik.
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Misalnya seperti kasus Enron, tentunya pengambilan keputusan dilakukan tanpa mengacu pada nilai-nilai etika dan moral. Oleh karena itu, hasilnya adalah kehancuran.
Maka, ada baiknya sebelum Anda mengambil keputusan mengacu pada prinsip-prinsip sbb:
1.      Autonomy
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan Anda melakukan eksploitasi terhadap orang lain dan mempengaruhi kebebasan mereka? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.
2.      Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain. Misalnya kasus yang belakangan menghangat yaitu pemerintah dengan UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) yang baru disahkan dan ditentang oleh banyak pihak. Salah satunya implikasi dari UU tersebut adalah pemblokiran situs yang mengandung unsur – unsur tidak baik. Meskipun usaha pemerintah baik, namun banyak pihak yang menentangnya.
3.      Beneficence
Apakah keputusan yang Anda ambil benar-benar membawa manfaat? Manfaat yang Anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4.      Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar. Misalnya dalam keputusan reward, Astra Internasional mempunyai 2 filosofi dasar. Pertama adalah fair secara internal, dimana setiap orang dengan dengan golongan yang sama dan prestasi yang sama maka pendapatannya juga sama. Keputusan ini mencerminkan keadilan di dalam perusahaan itu sendiri. Sementara itu, filosofi lainnya adalah kompetitif secara eksternal, atau gaji yang bersaing dalam industri.
5.      Fidelity
Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran yang kita mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger picture’ atau melihat secara keseluruhan dan memahami peran Anda dengan baik. Misalnya keputusan Chairman Federal Reserve, Ben S. Bernanke untuk menyelamatkan Bear Stearns dengan cara menyokong dana bagi akuisisi JPMorgan terhadap Bear Stearns senilai $30 miliar dan dipertanyakan oleh banyak pihak. Namun, Bernanke berpendapat bahwa ia melakukannya demi mencegah kekacauan finansial yang akan dialami pasar jika Bear Stearns benar-benar bangkrut.
Ada beberapa ciri – ciri dalam pengambilan keputusan yang etis :
·         Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
·         Sering menyangkut pilihan yang sukar.
·         Tidak mungkin dielakkan.
·         Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan sosial.
Perkembangan dalam Etika Bisnis
Kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis dapat dikatakan seumur dengan bisnis itu sendiri. Perbuatan menipu dalam bisnis , mengurangi timbangan atau takaran, berbohong merupakan contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara etika dan bisnis.
Berikut perkembangan etika bisnis:
1.      Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2.      Masa Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan European Business Ethics Network mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3.      Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.

4.      Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut (EBEN).
5.      Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.

Kepeduliaan Pelaku Bisnis Terhadap Etika
Etika bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Tolak ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika selalu mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah keputusan ini dinilai baik atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik atau buruk bagi orang lain, atau apakah keputusan ini melanggar hukum.
Dalam menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain  pengendalian diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, mampu menyatakan hal yang benar, Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah, Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama dan lain sebagainya.
Hakikat Etika Bisnis dan Cakupannya
            Bidang studi etika bisnis dimulai dari pembahasan tentang macam – macam teori dari segi filosofis. Tiap pernyataan dilihat dari teori pendekatan dan filosofis menawarkan pandangan yang fundamental tentang apa yang termuat didalamnya. Hal – hal ini akan merepotkan para manajer menghadapi masalah nilai moral menghadapi kenyataan dalam bisnis.
Contoh Kasus Perilaku Dalam Bisnis
PANGKALAN KERINCI, JurnalRiau,Com- Akibat persaingan kurang sehat pihak perusahaan kini melakukan berbagai cara untuk merekrut tenaga kerja yang diiming-imingi kenaikan gaji.Berawal dari kekecewaan dengan management PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), ratusan karyawan di masing-masing departemen perusahaan kayu yang berbasis di Pangkalan Kerinci mengancam bakal hengkang dari perusahaan dan hijrah Ke PT Indah Kiat.
Kekecewaan tersebut dikarenakan perusahaan ini telah ingkar janji dengan para karyawan terkait bonus yang akan diberikan. Dimana sebelumnya, para karyawan yang bekerja di PT RAPP diberikan janji oleh pihak management dengan bonus kesejahteraan bila target perusahaan tercapai. Namun meski target perusahaan telah tercapai empat bulan lewat, janji perusahaan yang akan memberikan bonus pada karyawan tak kunjung terealisasi.
Maka dari itu, para karyawan yang merasa dikecewakan berniat untuk hengkang dari perusahaan kayu milik Taipan Sukanto Tanoto itu. Tak tanggung – tanggung, ada sekitar 80 persen karyawan dari masing-masing departemen yang berencana akan hengkang ke PT Indah Kiat. Namun niat para karyawan agak sedikit terhalang, pasalnya pihak perusahaan tak mau melepaskan begitu saja para karyawannya.
Beberapa Top Management PT RAPP seperti David Ceer, Timo Hakkinen, Elwan Jumandri dan Jhoni W Sida langsung datang ke lokasi di Grand Hotel Pangkalan Kerinci, Sabtu (10/4) tempat beberapa karyawan PT RAPP akan melakukan interview dengan PT. Indah Kiat.
Dari pantauan sendiri di lokasi kejadian, memang beberapa orang dari pihak perusahaan berpakaian preman terlihat mondar-mandir di lingkungan hotel. Salah seorang karyawan yang akan diinterview oleh PT Indah Kiat di Pangkalan Kerinci dan wanti-wanti namanya minta dirahasiakan mengakui kekhawatirannya. Pasalnya, dia bersama kawan-kawannya melihat sendiri bahwa pihak perusahaan PT. RAPP membawa security berpakaian seragam dan bebas datang ke lokasi hotel.”Jujur saja, kami ketakutan pak, soalnya management membawa security satu truk dan preman untuk menjegal kami agar tak jadi diinterview,” pungkas salah satu karyawan yang enggan disebut identitasnya.
Dilain sisi menanggapi hal ini secara pribadi pihak Stokeholder Relations Manager PT.RAPPWan Zak kepada JurnalRiau, Minggu petang (11/04/2010) mengatakan, bahwa hal itu tidak benar, soal pengamcanam untuk hengkang sudah kedua kali. Dan untuk keluar dari perusahaan karyawan tergantung kesepakatan Mou kontrak kerja sebelumnya. Jadi tak segampang itu.
Adanya rumor interview oleh pihak perusahaan pulp PT. Indah Kiat, bagi sejumlah karyawan HRD Riaupulp, menurut wan Zack, tindakan itu merupakan persaingan bisnis yang tak sehat. Dan dinilai merusak etika bisnis, “Selama ini karyawan kita telah mendapat ilmu pengetahuan dan bimtek, yang cukup handal, kenapa tiba-tiba ada perusahaan yang merekrut dengan sistem persaingan tak sehat..,” ucap Wan Zak.
Sementara Humas Relation PT. Indah Kiat, Nurul Huda ketika dihubungi via ponselnya Minggu petang (11/04/10) mengaku belum mengetahui hal itu. Karena yang menghandel masalah adalah HRD.

Penyelesaian:
·         Ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh kedua perusahaan diatas. Hal pertama adalah kesalahan yang dilakukan oleh PT.RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper ) yang sudah melanggar Prinsip Etika bisnis yaitu prinsip kejujuran, prinsip keadilan dan prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik. Pada prinsip kejujuran, perusahaan sudah ingkar janji atau telah melanggar perjanjian dengan para karyawan mengenai pemberian bonus jika target perusahaan tercapai,, perjanjian yang disepakati bersama telah diabaikan oleh PT.RAPP.
·         Pada Prinsip Keadilan , disini ada kaitanya dengan Prinsip Kejujuran dimana perusahaan seharusnya memberikan sesuatu yang sudah menjadi hak para karyawan tersebut, di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya. Dan yang terakhir yaitu Prinsip Integritas Moral, dimana pada kasus ini yang diuntungkan hanya satu pihak yaitu pihak PT.RAPP. padahal akan lebih baik jika kedua belah pihak merasa diuntungkan yaitu perusahaan mencapai targetnya dan para karyawan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka. Jika saja perusahaan lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan maka hal – hal yang tidak diinginkan seperti artikel diatas tidak akan terjadi.
Sumber :
Setia Budhi. 2011. (jurnal)
Buku Etika Bisnis dan pengantar bisnis