Jika
kita berbicara perilaku etika bisnis harus dimulai dengan tentang etika.
Didalam etika tidak pernah lepas dengan masalah moral karena keduanya berkaitan
sangat erat, bahkan kerap kali tidak dibedakan antara keduanya. Demikian pula
konsep – konsep moralitas, norma hidup, nilai budaya suatu masyarakat, sistem
nilai, paradigma, dan world view merupakan konsep – konsep dasar dan konsep
kunci yang harus dikaji lebih dahulu.
1. Etika
Etika didefinisikan sebagai prinsip – prinsip
tentang tingkah laku yang benar atau yang baik. Etika juga berarti sistem prinsip
atau nilai – nilai moral, sedangkan ethics ialah ketentuan – ketentuan atau
ukuran yang mengatur tingkah laku para anggota suatu profesi.
Menurut Franz Magnis Suseno, etika berkaitan dengan
sifat – sifat ideal atau cita – cita yang ingin dicapai dan diwujudkan dalam
disiplin pribadi. Etika juga berarti filsafat mengenai bidang moral. Jadi etika
merupakan ilmu atau refleksi sistematis mengenai pendapat – pendapat, norma –
norma, dan adat istiadat moral. Etika dalam arti yang luas, yaitu : keseluruhan
norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk
mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya, jadi dimana
mereka menemukan jawaban atas pertanyaan bagaimana saya harus membawakan diri,
sikap – sikap, dan tindakan – tindakan mana yang harus saya kembangkan agar
hidup saya sebagai manusia berhasil (Suseno, 1984: 6). Persoalan etika adalah
persoalan yang berhubungan dengan eksitensi manusia dalam segala hal, baik individu
maupun masyarakat, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia
dan diri sendiri, maupun dengan eksitensi manusia dibidang sosial, ekonomi,
politik, budaya, maupun agama. Selanjutnya dikemukakan bahwa dilihat dari
etika, hakikat baik dan jahat itu bersifat universal dan absolut. Namun dari
segi aplikasi nilai – nilai etika dalam realita kehidupan, bisa terjadi
perbedaan. Misalnya menghormati tamu adalah baik, tetapi cara penghormatannya
berbeda – beda. Persoalan etika pada dasarnya lebih pada tataran aplikasi
karena realita kehidupan konkrit berbagai persoalan dilematik muncul, dan nilai
– nilai etika universal yang absolut itu menghadapi tantangan yang kompleks.
2. Moral
Dalam
penggunaannya sebagai kata sifat, moral dimaknakan sebagai :
1) Sesuatu
yang menyangkut penilaian atau pengajaran tentang kebaikan atau keburukan watak
atau kelakuan.
2) Sesuatu
yang bertujuan dengan ukuran – ukuran mapan tentang kelakuan yang baik.
3) Sesuatu
yang timbul dari hati nurani.
4) Hal
yang mempunyai dampak kewajiban bukan keragaan.
5) Hal
yang didasarkan kelayakan daripada bukti
6) Prinsip
yang diajarkan (atau disimpulkan) lewat sebuah cerita atau kejadian.
Konsep
moral dapat diartikan memahami perbedaan antara yang baik dan buruk, seperti
dalam ungkapan “manusia adalah mahluk yang bermoral”. Sebagai kata benda, moral
berarti norma – norma tingkah laku yang baik atau buruk yang diterima secara
umum, misalnya dalam kalimat, “Moral mereka sudah bejat karena mereka hanya
berjudi dan mabuk – mabukan. “kata moral bisa juga diartikan semangat atau
disiplin.
Pengertian
etika dan moral bisa digunakan secara bergantian dalam pengertian yang sama.
Keduanya berasal dari kata – kata yang berbeda. Etika berasal dari kata Yunani “ethos”. Ethos adalah sumber kepercayaan, yakni seorang pembicara harus
dapat dipercaya oleh audiencenya jika seseorang yang tidak mendapatkan
kepercayaan dari audience saat berbicara maka selain tidak memiliki aspek
logos, orang tersebut juga bukan seseorang yang mampu mengambil kepercayaan
pendengar. Hal ini dapat dilihat berdasarkan kompetensinya yang memadai pada
bisang yang ditekuninya, bagaimana latar belakang kualitas dan kuantitas yang dimiliki oleh
sang pembicara. Sedangkan moral berasal dari kata Latin “moralis”. Ethos dan moralis dapat diartikan sebagai
kebiasaan atau adat istiadat.
Perilaku Etika Dalam Bisnis
Etika bisnis merupakan suatu
rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus diikuti apabila menjalankan bisnis.
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku
bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis). Kebenaran
disini yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan
diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan
mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dan Manajerial
Etika
manajeril (managerial ethics)
merupakan standar perilakuyang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Meskipun
etika yang dianut dapat memengaruhi pekerjaan anda dalam sejumlah hal, akan
lebih jelas jika menggolongkannya ke dalam tiga kategori yang luas.
Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika
Memaksimalkan keuntungan merupakan satu-satunya tujuan bagi
sebuah perusahaan. Akan tetapi. karena yang diincar adalah keuntungan, mudah
sekali terjadi penyimpangan terhadap norma-norma moral. Mudah sekali orang
tergoda untuk menempuh jalan pintas dalam meningkatkan keuntungan. Namun
semakin disadari bahwa godaan itu membawa risiko besar yang akan menjadi bom
waktu yang akan menghancurkan perusahaan pada jangka panjang. Dalam hal ini
peran manajer sangat penting dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis secara
etis. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam
bisnis yaitu :
1. Lingkungan Bisnis
Seringkali para eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu
dilema yang menekannya, seperti misalnya harus mengejar kuota penjualan,
menekan biaya, peningkatan efisiensi dan bersaing, Dipihak lain eksekutif
perusahaan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat agar kualitas
barang terjaga, harga barang terjangkau. Disini nampak terdapat dua hal yang
bertentangan harus dijalankan. Misalnya, menekan biaya dan efisiensi tetapi
harus tetap meningkatkan kualitas produk. Oleh karena itu eksekutif perusahaan
harus pandai mengambil keputusan etis yang tidak merugikan perusahaan.
2. Organisasi
Secara umum, anggota organisasi itu sendiri saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dilain pihak organisasi terhadap
individu harus tetap berprilaku etis, misalnya masalah pengupahan, jam kerja
maksimum.
3. Individu
Seseorang yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan
berinteraksi dengan sesama akan berprilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima
secara umum dapat dipelajari dari interaksi dengan teman, famili, dan kenalan.
Dalam bekerja, individu harus memiliki tanggung jawab moral terhadap hasil
pekerjaannya yang menjaga kehormatan profesinya. Bahkan beberapa profesi
memiliki kode etik tertentu dalam pekerjaannya.
Etika standar
yang secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh
masyarakat, perusahaan dan individu. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang
baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Untuk terciptanya etika didalam bisnis
yang sesuai dengan budi pekerti luhur, ada beberapa yang perlu diperhatikan,
antara lain :
- Pengendalian diri
- Pengembangan tenggung jawab sosial
- Mempertahankan jati diri
- Menciptakan persaingan yang sehat
- Menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Pelaku
bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk "uang " dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan dengan
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat,
terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian pelatihan keterampilan, dan
lain sebagainya. Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu
bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Seperti halnya manusia
pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis
dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan
bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah :
1.
Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen
Hubungan
antara bisnis dengan langganannya merupakan hubungan paling banyak dilakukan.
Oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulannya secara baik. Adapun
pergaulannya dengan langganan disini yaitu seperti pemberian servis atau
garansi, memberikan penjelasan mengenai produk dll.
2.
Hubungan dengan karyawan
Manajer
yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali
harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawan. Pergaulan bisnis dengan
karyawan ini meliputi beberapa hal yaitu penarikan, latihan, promosi atau
kenaikan pangkat, demosi atau penurunan pangkat maupun pemecatan/PHK. Didalam
menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan
hasil seleksi telah dijalanan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak
diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta yang berasal dari anggota
keluarga sendiri.
3.
Hubungan antar bisnis
Hubungan
ini merupakan hubungan antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Hal
ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir,
pengecer, agen maupun distributor. Dalam kegiatan sehari – hari tentang
hubungan tersebut sering terjadi benturan – benturan kepentingan antara
keduanya. Dalam hubungan ini tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan
bisnis yang baik.
4.
Hubungan dengan investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama
yang akan atau telah "go
public" harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari
bisnisnya kepada para investor. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan
para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Jangan sampai
terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi tentang prospek
perusahaan tersebut.
5.
Hubungan dengan lembaga
– lembaga keuangan
Pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat
finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang berkaitan dengan penyusunan
laporan keuangan. Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan
benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak atau
sebagainya. Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.
Etika Bisnis sebagai Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab
Sosial
Aspek lain dari perilaku etis yang
memerlukan perhatian adalah kenyataan bahwa kondisi sosial juga memiliki
pengaruh yang kuat terhadap perilaku. Seseorang mungkin sudah berpikir secara
cermat setelah melihat keadaan dan kemudian memutuskan apa yang seharusnya
dilakukan, tetapi kondisi perusahaan atau sosial yang melingkupi seseorang
dapat menimbulkan hambatan yang serius untuk melaksanakan tindakan tersebut.
Sebagai individu, kita harus menyadari bahwa lingkungan sosial kita akan sangat
mempengaruhi kisaran pilihan yang tersedia bagi kita dan bisa memengaruhi
perilaku kita secara signifikan. Orang yang pada dasarnya baik dapat, dalam
keadaan yang tidak tepat, melakukan hal yang buruk dan individu yang memiliki
motivasi etis yang lebih rendah bisa, dalam keadaan yang tepat, melakukan yang
benar. Karena itu para pemimpin bisnis memiliki tanggung jawab terhadap
lingkungan bisnis, yakni apa yang selanjutnya kita sebut sebagai budaya
perusahaan, untuk meningkatkan atau melemahkan perilaku etis. Inilah
keterampilan kepemimpinan bisnis yang etis yaitu untuk menciptakan keadaan
dimana orang – orang yang baik dapat melakukan hal yang tepat dan orang – orang
yang jahat dicegah dari melakukan hal yang buruk.
Etika mempengaruhi perilaku pribadi
di lingkungan kerja. Tanggung jawab sosial adalah sebuah konsep yang
berhubungan, namun merujuk pada seluruh cara bisnis berupaya menyeimbangkan
kpmitennya terhadap kelompok dan pribadi dalam lingkungan sosialnya. Kelompok
dan individu itu sering kali disebut sebagai pihak yang berkepentingan dalam
organisasi. Mereka adalah kelompok, orang, dan organisasi yang dipengaruhi
langsung oleh praktek – praktek suatu organisasi dan dengan demikian
berkepentingan terhadap kinerja organisasi itu. Pihak – pihak utama yang
berkepentingan dalam korporasi yaitu karyawan, investor, komunikasi local,
pelanggan, pemasok.
Secara garis besar kita mengenal
tanggung jawab pada stockholders dan stakeholders. Stockholders ialah mereka
pemilik saham perusahaan, mereka mempunyai hak – hak dan keistimewaan tertentu
yang harus dilakukan oleh manajemen. Mereka mendapat sanksi – sanksi dalam
bentuk aturan – aturan perusahaan, perlindungan terhadap pihak lain dalam
bentuk kebiasaan – kebiasaan masyarakat, praktik – praktik yang telah diterima
manajemen, mitos, bahkan ritual tertentu. Sedangkan stakeholders ialah kelompok
atau individu yang mendapatkan keuntungan dari perusahaan atau kerugian berupa
kerusakan maupun gangguan akibat bekerjanya suatu perusahaan. konsep
stakeholders terkait dengan pemikiran para stakeholders karena mereka mempunyai
tuntutan khusus pada perusahaan. freeman dan reed (1983) membedakan dua macam
stakeholders yaitu :
1.
Stakeholders dalam arti
sempit yang meliputi kelompok – kelompok yang penting untuk bisa bertahan dan
suksesnya perusahaan.
2.
Stakeholders dalam arti
luas yang meliputi kelompok atau individu yang dapat memberikan pengaruh atau
dipengaruhi oleh perusahaan.
Dalam
kaitannya dengan stakeholders, kemudian dikembangkan menjadi teori – teori stakeholders
yang inti normatifnya terkait dengan cara – cara perusahaan mengatur dan
menentukan apa yang akan dilakukan terhadap mereka yang menekankan pentingnya
perusahaan memperlakukan seluruh stakeholders secara adil dan fair.
Praktik – praktik Perusahaan dan Etika Bisnis
Karena manajer dan karyawan makin
sering melakukan kegiatan yang tidak etis dan bahkan melanggar hukum di
berbagai perusahaan, banyak perusahaan yang telah mengambil langkah tambahan
untuk mendorong perilaku etis ditempat kerja. Banyak yang menetapkan aturan
perilaku dan mengembangkan panduan etis yang jelas tentang bagaimana perusahaan
dan karyawan melakukan kegiatan bisnis. Bidang yang makin kontroversial terkait
dengan etika bisnis dan praktik perusahaan antara lain privasi surel (e-mail)
dan komunikasi lain yang terjadi didalam suatu organisasi. Dua pendekatan
paling umum untuk membentuk komitmen manajemen puncak terhadap praktik bisnis
yang etis adalah membuat peraturan tertulis dan membelakukan program etika.
Menerapkan Kode
Etik Tertulis
Banyak
perusahaan, seperti UT membuat kode etik tertulis yang secara formal menyatakan
keinginan mereka untuk melakukan bisnis dengan perilaku yang etis. Pada dasarnya
peraga ini memperlihatkan bahwa meskipun strategi dan praktik bisnis bisa sering
berubah juga, unsur – unsur pentingnya antara lain :
·
Kami mempercayai dan
menghargai individu
·
Kami berfokus pada
tingkat pencapaian presentasi dan kontribusi yang tinggi
·
Kami menjalankan bisnis
dengan intergritas penuh
·
Kami mencapai tujuan
perusahaan melalui kerja tim
·
Kami mendorong
fleksibilitas dan inovasi
Etika Bisnis sebagai Pengambilan Keputusan yang Etis
Menurut beberapa peneliti
mempelajari teori etika dan mendapatkan pengetahuan mengenai sejarah etika
bukan merupakan tujuan utama. Bagi kebanyakan orang mulai dari perusahaan
sampai mahasiswa pada perkuliahan bisnis bahkan dosen itu sendiri mengharapkan
sebuah kelas etika untuk menanaman perilaku yang etis, bukan hanya informasi
dan pengatuhan mengenai etika. Lagipula bukankah perkuliahan etika seharusnya
dapat membantu mencegah peristiwa seperti Enron. Etika tidak hanya merujuk
kepada sebuah disiplin akademis, namun juga wilayah kehidupan manusia yang
dipelajari oleh disiplin akademis ini, yakni bagaimana seharusnya manusia
menjalani kehidupan mereka dengan baik.
Seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan
yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai
moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya
pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya. Misalnya seperti kasus Enron, tentunya pengambilan keputusan
dilakukan tanpa mengacu pada nilai-nilai etika dan moral. Oleh karena itu,
hasilnya adalah kehancuran.
Maka, ada baiknya sebelum Anda mengambil
keputusan mengacu pada prinsip-prinsip sbb:
1.
Autonomy
Isu ini
berkaitan dengan apakah keputusan Anda melakukan eksploitasi terhadap orang
lain dan mempengaruhi kebebasan mereka? Setiap keputusan yang Anda ambil
tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu
mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan Anda.
Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali
perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal
sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.
2. Non-malfeasance
Apakah
keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap
peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai
bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya,
dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
Misalnya kasus yang belakangan menghangat yaitu pemerintah dengan UU ITE
(Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) yang baru disahkan dan
ditentang oleh banyak pihak. Salah satunya implikasi dari UU tersebut adalah
pemblokiran situs yang mengandung unsur – unsur tidak baik. Meskipun usaha
pemerintah baik, namun banyak pihak yang menentangnya.
3. Beneficence
Apakah keputusan yang Anda ambil benar-benar membawa manfaat? Manfaat yang Anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
Apakah keputusan yang Anda ambil benar-benar membawa manfaat? Manfaat yang Anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4. Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar. Misalnya dalam keputusan reward, Astra Internasional mempunyai 2 filosofi dasar. Pertama adalah fair secara internal, dimana setiap orang dengan dengan golongan yang sama dan prestasi yang sama maka pendapatannya juga sama. Keputusan ini mencerminkan keadilan di dalam perusahaan itu sendiri. Sementara itu, filosofi lainnya adalah kompetitif secara eksternal, atau gaji yang bersaing dalam industri.
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar. Misalnya dalam keputusan reward, Astra Internasional mempunyai 2 filosofi dasar. Pertama adalah fair secara internal, dimana setiap orang dengan dengan golongan yang sama dan prestasi yang sama maka pendapatannya juga sama. Keputusan ini mencerminkan keadilan di dalam perusahaan itu sendiri. Sementara itu, filosofi lainnya adalah kompetitif secara eksternal, atau gaji yang bersaing dalam industri.
5. Fidelity
Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran yang kita mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger picture’ atau melihat secara keseluruhan dan memahami peran Anda dengan baik. Misalnya keputusan Chairman Federal Reserve, Ben S. Bernanke untuk menyelamatkan Bear Stearns dengan cara menyokong dana bagi akuisisi JPMorgan terhadap Bear Stearns senilai $30 miliar dan dipertanyakan oleh banyak pihak. Namun, Bernanke berpendapat bahwa ia melakukannya demi mencegah kekacauan finansial yang akan dialami pasar jika Bear Stearns benar-benar bangkrut.
Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran yang kita mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger picture’ atau melihat secara keseluruhan dan memahami peran Anda dengan baik. Misalnya keputusan Chairman Federal Reserve, Ben S. Bernanke untuk menyelamatkan Bear Stearns dengan cara menyokong dana bagi akuisisi JPMorgan terhadap Bear Stearns senilai $30 miliar dan dipertanyakan oleh banyak pihak. Namun, Bernanke berpendapat bahwa ia melakukannya demi mencegah kekacauan finansial yang akan dialami pasar jika Bear Stearns benar-benar bangkrut.
Ada beberapa ciri – ciri dalam pengambilan keputusan
yang etis :
·
Pertimbangan tentang apa yang benar dan
apa yang salah.
·
Sering menyangkut pilihan yang sukar.
·
Tidak mungkin dielakkan.
·
Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,
tabiat dan lingkungan sosial.
Perkembangan dalam Etika Bisnis
Kegiatan
perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika. Perhatian etika
untuk bisnis dapat dikatakan seumur dengan bisnis itu sendiri. Perbuatan menipu
dalam bisnis , mengurangi timbangan atau takaran, berbohong merupakan
contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara etika dan bisnis.
Berikut
perkembangan etika bisnis:
1. Situasi
Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan
filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan
manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa
Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di
Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan
terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia
pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan European Business Ethics Network mata
kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling
sering dibahas adalah corporate
social responsibility.
3. Etika
Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan
masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu
tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4. Etika
Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara
akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut (EBEN).
5. Etika
Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah
dikembangkan di seluruh dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE)
pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
Kepeduliaan Pelaku Bisnis Terhadap
Etika
Etika bisnis
dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku etis
dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup
bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri
terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan
saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis
tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Tolak ukur
dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika selalu
mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah keputusan ini
dinilai baik atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik
atau buruk bagi orang lain, atau apakah keputusan ini melanggar hukum.
Dalam
menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain
pengendalian diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi, pengembangan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep
pembangunan yang berkelanjutan, mampu menyatakan hal yang benar, Menumbuhkan
sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha
kebawah, Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama dan lain sebagainya.
Hakikat Etika Bisnis dan Cakupannya
Bidang
studi etika bisnis dimulai dari pembahasan tentang macam – macam teori dari
segi filosofis. Tiap pernyataan dilihat dari teori pendekatan dan filosofis
menawarkan pandangan yang fundamental tentang apa yang termuat didalamnya. Hal –
hal ini akan merepotkan para manajer menghadapi masalah nilai moral menghadapi
kenyataan dalam bisnis.
Contoh Kasus Perilaku Dalam Bisnis
PANGKALAN
KERINCI, JurnalRiau,Com- Akibat persaingan kurang sehat pihak perusahaan kini
melakukan berbagai cara untuk merekrut tenaga kerja yang diiming-imingi kenaikan
gaji.Berawal dari kekecewaan dengan management PT Riau Andalan Pulp and Paper
(RAPP), ratusan karyawan di masing-masing departemen perusahaan kayu yang
berbasis di Pangkalan Kerinci mengancam bakal hengkang dari perusahaan dan
hijrah Ke PT Indah Kiat.
Kekecewaan
tersebut dikarenakan perusahaan ini telah ingkar janji dengan para karyawan
terkait bonus yang akan diberikan. Dimana sebelumnya, para karyawan yang
bekerja di PT RAPP diberikan janji oleh pihak management dengan bonus
kesejahteraan bila target perusahaan tercapai. Namun meski target perusahaan
telah tercapai empat bulan lewat, janji perusahaan yang akan memberikan bonus
pada karyawan tak kunjung terealisasi.
Maka dari
itu, para karyawan yang merasa dikecewakan berniat untuk hengkang dari perusahaan
kayu milik Taipan Sukanto Tanoto itu. Tak tanggung – tanggung, ada sekitar 80
persen karyawan dari masing-masing departemen yang berencana akan hengkang ke
PT Indah Kiat. Namun niat para karyawan agak sedikit terhalang, pasalnya pihak
perusahaan tak mau melepaskan begitu saja para karyawannya.
Beberapa
Top Management PT RAPP seperti David Ceer, Timo Hakkinen, Elwan Jumandri dan
Jhoni W Sida langsung datang ke lokasi di Grand Hotel Pangkalan Kerinci, Sabtu
(10/4) tempat beberapa karyawan PT RAPP akan melakukan interview dengan PT.
Indah Kiat.
Dari
pantauan sendiri di lokasi kejadian, memang beberapa orang dari pihak
perusahaan berpakaian preman terlihat mondar-mandir di lingkungan hotel. Salah
seorang karyawan yang akan diinterview oleh PT Indah Kiat di Pangkalan Kerinci
dan wanti-wanti namanya minta dirahasiakan mengakui kekhawatirannya. Pasalnya,
dia bersama kawan-kawannya melihat sendiri bahwa pihak perusahaan PT. RAPP
membawa security berpakaian seragam dan bebas datang ke lokasi hotel.”Jujur saja,
kami ketakutan pak, soalnya management membawa security satu truk dan preman
untuk menjegal kami agar tak jadi diinterview,” pungkas salah satu karyawan
yang enggan disebut identitasnya.
Dilain
sisi menanggapi hal ini secara pribadi pihak Stokeholder Relations
Manager PT.RAPPWan Zak kepada JurnalRiau, Minggu petang (11/04/2010)
mengatakan, bahwa hal itu tidak benar, soal pengamcanam untuk hengkang sudah
kedua kali. Dan untuk keluar dari perusahaan karyawan tergantung kesepakatan
Mou kontrak kerja sebelumnya. Jadi tak segampang itu.
Adanya
rumor interview oleh pihak perusahaan pulp PT. Indah Kiat, bagi sejumlah
karyawan HRD Riaupulp, menurut wan Zack, tindakan itu merupakan persaingan
bisnis yang tak sehat. Dan dinilai merusak etika bisnis, “Selama ini karyawan
kita telah mendapat ilmu pengetahuan dan bimtek, yang cukup handal, kenapa
tiba-tiba ada perusahaan yang merekrut dengan sistem persaingan tak sehat..,”
ucap Wan Zak.
Sementara
Humas Relation PT. Indah Kiat, Nurul Huda ketika dihubungi via ponselnya Minggu
petang (11/04/10) mengaku belum mengetahui hal itu. Karena yang menghandel
masalah adalah HRD.
Penyelesaian:
·
Ada beberapa kesalahan yang
dilakukan oleh kedua perusahaan diatas. Hal pertama adalah kesalahan yang
dilakukan oleh PT.RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper ) yang sudah
melanggar Prinsip Etika bisnis yaitu prinsip kejujuran, prinsip keadilan dan
prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik. Pada prinsip kejujuran,
perusahaan sudah ingkar janji atau telah melanggar perjanjian dengan para
karyawan mengenai pemberian bonus jika target perusahaan tercapai,, perjanjian
yang disepakati bersama telah diabaikan oleh PT.RAPP.
·
Pada Prinsip Keadilan , disini ada
kaitanya dengan Prinsip Kejujuran dimana perusahaan seharusnya memberikan sesuatu
yang sudah menjadi hak para karyawan tersebut, di mana prestasi dibalas dengan
kontra prestasi yang sama nilainya. Dan yang terakhir yaitu Prinsip Integritas
Moral, dimana pada kasus ini yang diuntungkan hanya satu pihak yaitu
pihak PT.RAPP. padahal akan lebih baik jika kedua belah pihak merasa
diuntungkan yaitu perusahaan mencapai targetnya dan para karyawan mendapatkan
apa yang seharusnya menjadi hak mereka. Jika saja perusahaan lebih
memperhatikan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan maka hal – hal yang
tidak diinginkan seperti artikel diatas tidak akan terjadi.
Sumber :
Setia Budhi. 2011.
(jurnal)
Buku Etika Bisnis
dan pengantar bisnis